Namaku Rasya, aku
tinggal di salah satu kampung. Kampung ku bisa terbilang kampung yang nyaman
dan tentram. Tapi kenyamanan itu hilang setelah datangnya tetangga baru yang
bernama ibu Eno. Ibu Eno memiliki tiga orang anak. Umur anak-anak ibu Eno
berkisaran 7-8 tahunan. Tapi di umur yang masih di bilang sangat muda kelakuan
anak-anak ibu Eno bisa di bilang sangat tidak sopan. Mereka berbicara layaknya
bukan dari keluarga terhormat. Entah belajar dari mana mereka kata-kata kasar itu.
Anak-anak di kampung ku
sangat tidak suka bermain dengan anak-anak ibu Eno, karna setiap kesenggol
sedikit saja anak itu selalu menangis dan melaporkannya kepada ibu mereka yang
super duper galak itu. Banyak anak-anak di kampung ku yang sudah kena semprot
dia. Padahal, tidak selamanya itu salah anak-anak di kampungku.
Salah satu korban
semprotan ibu galak itu adalah adikku. Jadi, waktu itu adikku memiliki mainan
baru, ia menunjukkan dan meminjamkan mainannya kepada teman-teman bermainnya.
Tetapi dia tidak ingin meminjamkannya kepada anaknya ibu Eno. Itu di lakukannya
karna setiap mainan yang di pegang anak ibu Eno pasti akan menjadi rusak. Akan
tetapi anak-anak ibu Eno terus memaksa adikku untuk meminjamkannya. Dengan
berat hati akhirnya adikku meminjamkan mainan itu pada anaknya ibu Eno. Melihat
kakaknya memegang mainan bagus, anak kedua dari ibu Eno ingin meminjamnya juga.
Tapi oleh kakaknya tidak di beri pinjam, karna ia sendiri pun susah untuk
mendapatkan izin meminjam barang tersebut.akhirnya terjadilah rebutan mainan
yang akhirnya menyebabkan anak pertama dari ibu Eno terkena mainan tersebut.
Anak itu pun menangis
dengan kerasnya, dan akhirnya ibu Eno pun keluar dari sarangnya. Tau anaknya
menangis karna terkena mainan oleh adiknya ibu Eno hanya terdiam. Tidak lama
kemudian dia mendatangi adikku dan memarahi adikku. Entah kenapa jadi adikku
yang di omelin sama dia. Dia berkata, lain kali jangan pinjamkan anak saya
mainan ini. Kan jadinya anak saya kena mainan tersebut. Mainan ini berbahaya.
Orang-orang yang ada di
dekat adikku terheran-heran melihat ibu Eno marah-marah ke adikku. Mereka
berkata, padahal kan itu salah anaknya sendiri yang berebutan mainan orang.
Kenapa orang lain yang kena marahan. Kalo tidak di beri pinjam nanti kasihan
anaknya, tapi kalo di beri pinjam malah begini jadinya. Semenjak kejadian itu,
ibu Eno selalu mengintrogasi anak-anak yang bermain dengan anak-anaknya.
Karna melihat tingkah
laku ibu Eno yang menjengkelkan, banyak orang tua yang kini melarang
anak-anaknya untuk bermain dengan anak ibu Eno. Dan kini anak-anak ibu Eno
hanya bisa berdiam diri di dalam rumah. Karna percuma saja mereka keluar, toh
sudah tidak ada lagi yang mau bermain dengan mereka.
Dari kasus di atas,
sebaiknya sebagai orang tua janganlah terlalu berlebihan dalam mengawasi
anak-anak bermain. Jangan sampai karna kesalahan anak sendiri orang lain jadi
sasaran kemarahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar