TANAH
LONGSOR
Longsor
atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masabatuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong
adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan
faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu
lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
• erosi yang disebabkan aliran air
permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki
lereng-lereng bertambah curam
• lereng dari bebatuan dan tanah
diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
• gempa bumi menyebabkan getaran,
tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan
tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
• gunung berapi menciptakan simpanan
debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
• getaran dari mesin, lalu lintas,
penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
• berat yang terlalu berlebihan,
misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Salah satu contoh tanah
longsor yang baru-baru ini terjadi adalah di Banjarnegara. Bencana tanah
longsor terjadi pada hari Jumat malam (12/12). Dusun Jemblung, di Kabupaten
Banjarnegara berada di sebuah lembah kecil, dengan perbukitan di belakangnya.
Hujan yang terus turun
selama dua hari menyebabkan bukit itu longsor dan menyapu dusun yang
berpenduduk lebih dari 300 orang itu. Sekitar 200 orang dapat menyelamatkan
diri.
Sisanya dinyatakan
hilang sampai saat ini, di tengah upaya pencarian oleh tim gabungan dari TNI,
Polri, Badan Sar, PMI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan sejumlah
organisasi masyarakat di bidang kebencanaan.
Muhammad Najib, salah
satu petugas di posko Kecamatan Karangkobar mengatakan kepada VOA, data korban
yang masih hilang sulit ditentukan dengan pasti, karena data jumlah penduduk
yang belum jelas. Namun dipastikan lebih dari 100 orang yang masih tertimbun
longsoran.
“Kalau jumlahnya
pastinya dari beberapa sumber belum bisa memastikan, tetapi kurang lebih yang
tertimbun sekitar 100, ada 35 rumah, terdiri dari sekitar 82 kepala keluarga.
Lokasinya, karena itu ada di jurang, kendaraan sulit masuk kesana. Dari jalan,
lokasi longsornya sekitar 50 meter di bawah jalan utama. Jadi memang jalan
desanya juga tertimbun, sehingga kendaraan tidak bisa masuk kesana,” kata
Muhammad Najib.
Sampai pukul 14.00 hari
Sabtu, tim gabungan yang melakukan pencarian korban telah menemukan 12 korban
meninggal. Pencarian terkendala oleh cuaca dan medan berat, karena akses jalan
terputus oleh longsoran tanah.
Menurut koordinator tim
gabungan, Letkol Inf. Edy Rohmatullah, ada 600 personel di tim ini. Untuk
membantu mencari korban, tim telah menggunakan peralatan life locator dan
acoustic device untuk mendeteksi detak jantung maupun gerakan di bawah
longsoran tanah.
Kepala Markas Palang
Merah Indonesia, Kabupaten Banjarnegara, Edi Purwanto kepada VOA mengatakan,
konsentrasi kini juga diberikan untuk penanganan korban selamat. Sekitar 40
korban luka tengah dalam perawatan dan sekitar 400 orang mengungsi di lima
titik pengungsian.
“Secara umum kita
melakukan pelayanan, baik untuk korban selamat maupun untuk yang cedera. Kita
ada personil di lapangan tetapi juga fokus untuk membantu korban yang sekarang
menjadi pengungsi,” kata Edi Purwanto.
Banjarnegara adalah
Kabupaten yang memiliki kawasan pegunungan dengan resiko tanah longsor cukup
tinggi. Pada hari Kamis (11/12) dan Jumat (12/12) kemarin, setidaknya terjadi
tanah longsor di 25 lokasi meski dalam skala kecil.
Longsor di dusun
Jemblung adalah yang terbesar. Korban dikhawatirkan jauh lebih besar dari
perkiraan, karena tidak hanya berasal dari warga setempat, tetapi juga pemakai
jalan lintas antarkabupaten yang melewati kawasan itu. Setidaknya, dua korban
meninggal ditemuan dari sebuah mobil yang saat itu sedang melintas disana.
Faktor-faktor
penyebab terjadinya tanah longsor
Pada prinsipnya tanah
longsor terjadi jika gaya pendorong pada lereng lebih besar dibandingkan dengan
gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong biasanya dipengaruhi oleh besarnya
sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab
terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung terhadap kondisi batuan dan
tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, tapi faktor penyebabnya secara garis
besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia:
a) Faktor alam
• Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan
lapisan, sisipan lapisan batu lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi,
stragrafi dan gunung berapi.
• Iklim : curah hujan yang tinggi di
daerah tersebut.
• Keadaan topografi : lereng yang
curam.
• Keadaan air : kondisi drainase yang
tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan
hidrostatika.
• Tutup lahan yang mengurangi tahan
geser, misalnya tanah kritis.
• Getaran yang diakibatkan oleh gempa
bumi, ledakan, getaran mesin, atau getaran lalu lintas kendaraan di sekitarnya.
b) Faktor manusia
• Pemotongan tebing pada penambangan
batu di lereng yang terjal.
• Penimbunan tanah urugan di daerah
lereng.
• Kegagalan struktur dinding penahan
tanah.
• Penggundulan hutan.
• Budidaya kolam ikan diatas lereng.
• Sistem pertanian yang kurang
memperhatikan keamanan irigasi.
• Pengembangan wilayah yang tidak
diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang
akhirnya merugikan sendiri.
• Sistem drainase daerah lereng yang
kurang baik.
Ciri-ciri tanah longsor
yaitu sebagai berikut :
1. Munculnya retakan-retakan di lereng
yang sejajar dengan arah tebing, yang biasanya terjadi setelah hujan.
2. Munculnya mata air baru secara
tiba-tiba.
3. Tebing rapuh dan kerikil mulai
berjatuhan.
4. Air tergenang jika musim hujan, menjelang
bencana itu, airnya langsung hilang.
5. Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
6. Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah
yang besar.
7. Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
8. Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles ke
dalam tanah.
Upaya Pencegahan Terjadinya
Tanah Longsor
1. Jangan membuka lahan persawahan dan
membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman.
2. Buatlah terasering (sengkedan) pada
lereng yang terjal jika membangun pemukiman.
3. Jika ada retakan tanah, segeralah
menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah dan
melalui retakan tersebut.
4. Jangan memotong tebing jalan menjadi
tegak.
5. Jangan mendirikan rumah di tepi sungai
yang rawan erosi.
6. Jangan menebang pohon di lereng.
7. Jangan membangun rumah di bawah tebing.
Hal-hal yang dilakukan
selama dan sesudah terjadi bencana
1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan
dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban
secepatnya supaya korban tidak bertambah.
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban
dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi.
Selain itu dikaji juga tentang perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannay supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekontruksi
Penguatan
bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
Daftar Pustaka :