Nama : Sheila Bilqiska Maharani
Kelas : 4EA02
PENDAHULUAN
Pekalongan
merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki beragam adat
istiadat daerahnya. Bahkan terdapat beberapa adat istiadat yang masih di
lestarikan sampai sekarang oleh masyarakat sekitar. Misalnya saja di musim
kemarau ini masyarakat pekalongan khususnya di desa sidomulyo menggunakan
salah satu ritual pemanggil hujan dengan menggunkan sebuah boneka. Boneka
tersebut dinamakan boneka Brendung. Ritual ini sebenarnya masih menganut aliran
animisme dan dinamisme. Dimana seseorang masih percaya pada roh-roh halus. Selain
boneka brendung terdapat pula tradisi Syawalan. Ciri khas dari acara syawalan
di pekalongan ini adalah dengan adanya pemotongan lopis raksasa dan adanya
gunungan sego megono yang bahkan keduanya telah masuk ke dalam rekor muri.
TEORI
Boneka brendung
merupakan boneka yang dibuat dari bubu/wuwu ( sejenis bambu yang biasa di pakai
untuk menangkap ikan) uniknya bubu yang di gunakan harus diambil secara
diam-diam dari orang yang sedang menangkap ikan dan tidak boleh meminta
langsung kepada sang pemilik bubu. Selain menggunakan bubu, alat yang biasa
digunakan untuk membuat boneka brendung adalah tampah yang nantikan akan
berfungsi sebagai pijakan boneka brendung dan sebuah ember yang berisi air dan
bunga-bunga. Menurut sesepuh ember berisi air ini digunakan boneka brendung
untuk mandi ketika boneka brendung berkeringat setelah melakukan tarian-tarian
yang dilakukan oleh para roh. Boneka ini dimainkan oleh orang tua/ sesepuh yang
berjenis kelamin wanita saja. Tidak boleh dimainkan oleh para pria. Begitulah
peraturan dalam permainan tersebut.
Beberapa foto di bawah
ini menunjukan meriahnya acara brendungan pada tanggal 18-september-2015 pukul
20.00 ( sehabis Isya). Yang berlokasi di desa Sidomulyo, Pekalongan.

Syawalan ialah tradisi bagi
masyarakat Pekalongan yang di lakukan sebagai acara keAgamaan. Sebab
pelaksanaanya itu sendiri bertepatan pada seminggu setelah Idul Fitri.
Sedangkan bagi warga Rembang biasanya acara ini di sebut sebagai Bakda Ketupat
atau bisa di bilang lebaran ketupat. Dimana para warga berbondong-bondong pergi
bersama sanak keluarga untuk bertamasya ke Pantai terdekat sambil membawa
seserahan berupa ketupat dan lain-lain. Sedangkan untuk warga Pekalongan acara
syawalan ini ditandai dengan pemotongan Lopis raksasa. Awalnya lopis yang di
buat tidak terlalu besar. Akan tetapi, berkat ide-ide kreatif para anak-anak
remaja yang menginginkan lopis tersebut memiliki keunikan maka di buatlah lopis
raksasa. Oleh sebab itu dari masa kemasa maka akan di buat lopis yang berukuran
raksasa. Lopis raksasa ini pun masuk ke dalam rekor muri. Selain lopis raksasa
ada juga gunungan Sego Megono. Sego megono merupakan salah satu makanan khas
pekalongan yang isinya berupa sego (nasi) dan megono (potongan-potongan nangka
yang dimasak dengan bumbu) beserta lauk pauk. Tidak hanya lopis raksasa yang
masuk ke dalam rekor muri gunungan sego megono pun ikut masuk ke dalam rekor
muri. Untuk pembuatan lopis raksasa dan gunungan sego megono biasanya
masyarakat melakukan pengumpulan dana sukarela, tidak hanya masyarakatnya
pemerintah setempat pun ikut menyalurkan dana. Hal ini bertujuan agar acara
syawalan dapat dilestarikan. Sebab acara syawalan ini merupakan adat istiadat
unik yang hanya ada di pekalongan dan tidak dapat di temui di tempat lain.
Acara gunungan Sego Megono, kajen. Pekalongan, Jawa Tengah
ANALISIS
Baik itu acara brendungan yang masih mengandung
kepercayaan pada roh-roh halus maupun acara syawalan yang mengandung nilai
keagamaan kita sebagai generasi penerus sebaiknya tetap melestarikannya agar
kelak anak cucu kita dapat mengetahui adat istiadat kota kelahiran kita.
REFERENSI
Ucapan terimakasih
-
Nenek turipah ( selaku nenek dari
penulis yang menceritakan asal mula brendungan)
- Desa sidumulyo. Kota kelahiran penulis,
dimana ketika penulis berkunjung bertepatan dengan adanya acara boneka
brendungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar