Selasa, 13 Oktober 2015

BONEKA BRENDUNG dan TRADISI SYAWALAN di PEKALONGAN JAWA TENGAH


Nama : Sheila Bilqiska Maharani
Kelas : 4EA02







PENDAHULUAN

Pekalongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki beragam adat istiadat daerahnya. Bahkan terdapat beberapa adat istiadat yang masih di lestarikan sampai sekarang oleh masyarakat sekitar. Misalnya saja di musim kemarau ini masyarakat pekalongan khususnya di desa sidomulyo menggunakan salah satu ritual pemanggil hujan dengan menggunkan sebuah boneka. Boneka tersebut dinamakan boneka Brendung. Ritual ini sebenarnya masih menganut aliran animisme dan dinamisme. Dimana seseorang masih percaya pada roh-roh halus. Selain boneka brendung terdapat pula tradisi Syawalan. Ciri khas dari acara syawalan di pekalongan ini adalah dengan adanya pemotongan lopis raksasa dan adanya gunungan sego megono yang bahkan keduanya telah masuk ke dalam rekor muri.



TEORI

            Boneka brendung merupakan boneka yang dibuat dari bubu/wuwu ( sejenis bambu yang biasa di pakai untuk menangkap ikan) uniknya bubu yang di gunakan harus diambil secara diam-diam dari orang yang sedang menangkap ikan dan tidak boleh meminta langsung kepada sang pemilik bubu. Selain menggunakan bubu, alat yang biasa digunakan untuk membuat boneka brendung adalah tampah yang nantikan akan berfungsi sebagai pijakan boneka brendung dan sebuah ember yang berisi air dan bunga-bunga. Menurut sesepuh ember berisi air ini digunakan boneka brendung untuk mandi ketika boneka brendung berkeringat setelah melakukan tarian-tarian yang dilakukan oleh para roh. Boneka ini dimainkan oleh orang tua/ sesepuh yang berjenis kelamin wanita saja. Tidak boleh dimainkan oleh para pria. Begitulah peraturan dalam permainan tersebut.

Beberapa foto di bawah ini menunjukan meriahnya acara brendungan pada tanggal 18-september-2015 pukul 20.00 ( sehabis Isya). Yang berlokasi di desa Sidomulyo, Pekalongan.

  









































Shoot By : Pakde Tri Atmojo

 Syawalan ialah tradisi bagi masyarakat Pekalongan yang di lakukan sebagai acara keAgamaan. Sebab pelaksanaanya itu sendiri bertepatan pada seminggu setelah Idul Fitri. Sedangkan bagi warga Rembang biasanya acara ini di sebut sebagai Bakda Ketupat atau bisa di bilang lebaran ketupat. Dimana para warga berbondong-bondong pergi bersama sanak keluarga untuk bertamasya ke Pantai terdekat sambil membawa seserahan berupa ketupat dan lain-lain. Sedangkan untuk warga Pekalongan acara syawalan ini ditandai dengan pemotongan Lopis raksasa. Awalnya lopis yang di buat tidak terlalu besar. Akan tetapi, berkat ide-ide kreatif para anak-anak remaja yang menginginkan lopis tersebut memiliki keunikan maka di buatlah lopis raksasa. Oleh sebab itu dari masa kemasa maka akan di buat lopis yang berukuran raksasa. Lopis raksasa ini pun masuk ke dalam rekor muri. Selain lopis raksasa ada juga gunungan Sego Megono. Sego megono merupakan salah satu makanan khas pekalongan yang isinya berupa sego (nasi) dan megono (potongan-potongan nangka yang dimasak dengan bumbu) beserta lauk pauk. Tidak hanya lopis raksasa yang masuk ke dalam rekor muri gunungan sego megono pun ikut masuk ke dalam rekor muri. Untuk pembuatan lopis raksasa dan gunungan sego megono biasanya masyarakat melakukan pengumpulan dana sukarela, tidak hanya masyarakatnya pemerintah setempat pun ikut menyalurkan dana. Hal ini bertujuan agar acara syawalan dapat dilestarikan. Sebab acara syawalan ini merupakan adat istiadat unik yang hanya ada di pekalongan dan tidak dapat di temui di tempat lain.


Acara Lopis Raksasa yang masuk dalam rekor muri



Acara gunungan Sego Megono, kajen. Pekalongan, Jawa Tengah














ANALISIS

            Baik itu acara brendungan yang masih mengandung kepercayaan pada roh-roh halus maupun acara syawalan yang mengandung nilai keagamaan kita sebagai generasi penerus sebaiknya tetap melestarikannya agar kelak anak cucu kita dapat mengetahui adat istiadat kota kelahiran kita.



REFERENSI


Ucapan terimakasih

-          Nenek turipah ( selaku nenek dari penulis yang menceritakan asal mula brendungan)

-         Desa sidumulyo. Kota kelahiran penulis, dimana ketika penulis berkunjung bertepatan dengan adanya acara boneka brendungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar